Notification

×

Iklan

Iklan

Benarkah Beberapa Instansi di Pasuruan Menerima Setoran dari Tretes dan Gempol 9?

Sabtu, Desember 07, 2024 | Desember 07, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-12-07T15:47:09Z



Media Jejakinvestigasi.id ||

Pasuruan, Berita Istana – Kota Pasuruan, yang dikenal dengan julukan kota santri, kini tengah menjadi sorotan tajam. Kabar mengejutkan diterima oleh redaksi Berita Istana terkait dugaan beberapa instansi menerima setoran dari praktik prostitusi di Gempol 9 dan Tretes, dua lokasi yang disebut sebagai pusat prostitusi terbesar di kawasan tersebut.


Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, sejumlah instansi diduga mendapat aliran dana dari tempat-tempat tersebut. Untuk menggali lebih dalam, tim investigasi Berita Istana turun langsung ke daerah Tretes, wilayah yang selama ini dikenal sebagai salah satu tujuan wisata di Pasuruan.


Dalam investigasi lapangan, ditemukan indikasi keterlibatan sejumlah oknum yang berperan sebagai pelindung atau back up operasional di lokasi-lokasi tersebut. Beberapa warga yang mengetahui adanya aktivitas tersebut mengaku prihatin, mengingat Tretes dan Pasuruan seharusnya mencerminkan nilai-nilai religiusitas sebagai kota santri.


Di kawasan Tretes, beberapa wisma menyediakan fasilitas berupa ruang karaoke dengan "ladies companion" (LC) atau pemandu lagu, yang diduga sekaligus menawarkan jasa prostitusi. Pengakuan beberapa LC mengungkapkan bahwa tarif mereka berkisar antara Rp 600 ribu hingga Rp 900 ribu, tergantung pada kecantikan dan penampilan mereka.


“Kalau body dan wajah kita cantik, tarif bisa sampai Rp 900 ribu. Itu untuk menemani nyanyi selama tiga jam, sudah termasuk layanan tambahan,” ujar seorang LC dengan nama samaran Bunga.


Namun, pendapatan tersebut tidak sepenuhnya diterima oleh LC. Dari tarif Rp 600 ribu, mereka hanya mendapatkan Rp 270 ribu, sementara sisanya diberikan kepada pemilik wisma sebagai bagian dari sistem pembagian keuntungan.


“Nanti tamu diarahkan oleh orang-orang di pinggir jalan ke wisma tempat LC berkumpul. Setelah memilih, tamu biasanya membawa LC ke vila untuk bernyanyi. Kami harus tepat waktu, kalau tidak, kami bisa didenda oleh mami atau papi,” tambah Bunga.


Seorang warga, yang enggan disebutkan namanya, mengungkapkan bahwa praktik prostitusi di kawasan tersebut bukan rahasia umum lagi. "Kami sudah lama mendengar bahwa ada setoran dari tempat-tempat ini ke sejumlah pihak. Tapi kami tidak tahu bagaimana cara menghentikannya," ujarnya dengan nada kecewa.


Pemerintah daerah maupun aparat penegak hukum diharapkan segera bertindak tegas atas dugaan ini. Jika benar terbukti, hal ini tentu mencoreng citra Pasuruan sebagai kota santri yang menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan.


Masyarakat dan tokoh agama pun menyerukan agar praktik-praktik tersebut segera diberantas, serta pihak-pihak yang terlibat harus dimintai pertanggungjawaban. Selain itu, diperlukan upaya yang lebih serius untuk mengembalikan Tretes dan Pasuruan ke citra positifnya sebagai daerah yang religius dan bermartabat.


Hingga berita ini diturunkan, pihak terkait belum memberikan tanggapan resmi. Tim Berita Istana akan terus mengikuti perkembangan kasus ini dan menyampaikan informasi terbaru kepada pembaca.



Laporan: 

(Tim Investigasi Berita Istana)

×
Berita Terbaru Update