Jejakinvestigasi.id | Jawa Barat, Era globalisasi merupakan tantangan besar yang harus dihadapi oleh bangsa dan negara karena perkembangan teknologi informasi semakin mudah dan cepat, sehingga semakin mudahnya nilai-nilai asing masuk, semakin lunturnya semangat gotong-royong, solidaritas, kepedulian, dan kesetiakawan serta khususnya bidang sosial budaya, dimana akan meningkatnya berbagai macam gaya hidup modern yang merusak moral, kepribadian, dan budaya setempat yaitu meningkatnya individualisme, sekularisme, hedonisme, dan pragmatisme. Oleh karena itu negara dituntut untuk dapat beradaptasi dan bergerak cepat terhadap perubahan sosial politik di tengah-tengah kehidupan bangsa.
Hal ini menjadi perhatian khusus dari Kepala Pembinaan Mental dan Sejarah Komando Daerah Militer Kabintaljarahdam III/Siliwangi.
"Di era globalisasi ini kita harus mengikuti perkembangan yang ada dan ikut ambil bagian dalam perputaran roda ekonomi serta kemajuan teknologi. Dengan begitu suatu negara dapat berperan penting dalam lingkup era globalisasi", ungkap Kol. Inf. Yogi Gunawan saat ditemui awak media di kantor kerjanya.
Globalisasi bisa berdampak negatif bagi kehidupan bangsa dengan mudahnya budaya dan ideologi asing masuk yang tidak sesuai dengan Pancasila, sehingga dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku warga negara Indonesia bahkan budaya dan ideologi sendiri dilupakan jika tidak memiliki benteng yang kuat serta sangat rentan akan terjadi disintegrasi bangsa dengan lunturnya persatuan dan kesatuan di lingkungan yang berakibat akan terjadi kerusuhan dan penuh huru-hara serta sikap toleransi tidak akan dapat tercipta di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Maka jelas disini sangat dibutuhkan peran Tentara Nasional Indonesia (TNI) sesuai TAP MPR Nomor VII/MPR/2000 dimanaTNI sebagai alat pertahanan negara yang memiliki tugas pokok yaitu menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman, gangguan, rongrongan pengaruh luar dan dalam negeri.
"Sesuai tugas yang diemban kami selalu menekankan bahwa seorang prajurit harus mendapatkan bimbingan mental rohani, ideologi, kejuangan dan psikologi, sehingga akan membentuk prajurit yang tangguh dan berkualitas, dimana kita telah mempersiapkan dimasa depan seorang prajurit yang religius, nasionalis, militan dan Humanis dalam arti prajurit harus empati, simpati dan rendah hati, sehingga prajurit bisa menyatu dengan rakyat dan bersama rakyat dalam menghadapi era globalisasi ini", paparnya.
"Mentalitas nasionalis ini sangat dibutuhkan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sehingga dapat menghindari perpecahan antara golongan, suku, ras dan agama dimana Indonesia merupakan negara yang majemuk, artinya bangsa Indonesia terdiri atas beragam suku, adat, ras, budaya, dan agama", jelasnya.
"Dalam pembentukan militansi seorang prajurit harus mengenal sejarah perjuangan dan bukti-bukti sejarah seperti situs, cagar budaya, musium dan lain-lainnya. Sejarah merupakan disiplin multifaset yang bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran budaya serta pemahaman moral dan budi pekerti. Dengan mengenal sejarah perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam memperjuangkan NKRI, maka setiap warga negara bisa lebih menghargai perjuangan tentara nasional yang berkontribusi membangun negara tersebut dan mengenal kesalahan-kesalahan para pendahulu seperti terjadi pengkhianatan DI/TII, kekejaman PKI, dan APRA", ungkapnya.
Sesuai arahan Pangdam III Siliwangi
Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo bahwa Saat kondisi negara dalam keadaan damai, maka Operasi Militer Selain Perang (OMSP) menjadi tugas utama, diantaranya termasuk pada persoalan menghadapi era globalisasi yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia, sebagai mana tertuang dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tugas Utama Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah Operasi Militer Perang dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
"Dari arahan panglima selaku atasan kami, sangat jelas bahwa basis TNI adalah rakyat maka seorang prajurit harus tanggap terhadap apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dari segala persoalan berbangsa yang memiliki korelasi langsung dengan sistem pertahanan rakyat semesta. Dari sinilah kita harus membentuk seorang prajurit yang humanis, dia empati, simpati dan rendah hati sehingga dapat dengan mudah terlibat dan melibatkan diri bersama rakyat dalam menyelesaikan segala persoalan yang terjadi dan menghadapi masalah-masalah dari dampak globalisasi ini", pungkas Kol. Inf. Yogi Gunawan menutup obrolan santainya.
Editor: Redaksi.
Sumber: DPD AWI Jabar.