Kepada Yth. Presiden Republik Indonesia,
Bapak Prabowo Subianto,
di Tempat.
Dengan hormat,
Kami, bagian dari masyarakat intelektual yang peduli terhadap masa depan bangsa, menyampaikan seruan ini sebagai bentuk tanggung jawab moral dan kebangsaan. Di tengah transisi kepemimpinan nasional, kami melihat momen ini sebagai titik balik untuk melakukan koreksi besar terhadap arah perjalanan Republik Indonesia.
Kami menyadari bahwa perubahan sejati tidak lahir dari kompromi politik yang dangkal, melainkan dari keberanian untuk menata ulang fondasi negara demi keadilan, integritas, dan kedaulatan rakyat. Oleh karena itu, kami mengusulkan dikeluarkannya Dekrit Presiden yang berisi tujuh agenda perubahan berikut:
1. Kembali ke UUD 1945 yang asli.
Berlakukan Dekrit Presiden untuk menyatakan kembali konstitusi asli sebelum amandemen, sebagai langkah pemulihan terhadap semangat dan nilai-nilai dasar pendirian negara.
2. Pembentukan Parlemen Republik Indonesia.
Bubarkan DPR RI yang telah kehilangan legitimasi moral dan bentuk lembaga baru yang benar-benar mewakili aspirasi rakyat secara jujur dan adil.
3. Reshuffle Kabinet Merah Putih.
Segera evaluasi dan ganti seluruh jajaran menteri yang tidak menunjukkan komitmen terhadap reformasi dan pelayanan publik yang bersih.
4. Penegakan hukum terhadap korupsi
Adili semua menteri dan pejabat yang terindikasi korupsi, tanpa pandang bulu, sebagai bentuk komitmen terhadap supremasi hukum.
5. Pertanggungjawaban mantan Presiden Joko Widodo.
Lakukan proses hukum yang transparan dan adil terhadap kebijakan dan tindakan yang merugikan negara selama masa jabatannya.
6. Pemakzulan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Tinjau kembali legalitas dan etika politik atas pencalonan dan pengangkatan beliau, demi menjaga integritas konstitusi.
7. Pembersihan total lembaga negara.
Adili semua pejabat eksekutif, yudikatif, dan legislatif yang terlibat dalam praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
Kami percaya bahwa Bapak Prabowo memiliki keberanian dan mandat sejarah untuk melakukan lompatan besar menuju Indonesia yang berdaulat, adil, dan bermartabat. Seruan ini bukan bentuk perlawanan, melainkan panggilan nurani untuk menyelamatkan republik dari keterpurukan sistemik.
Semoga suara ini menjadi bahan renungan dan pemicu tindakan nyata.
Penulis:
Dr Al Chaidar Abdurrahman Puteh
Dosen Antropologi, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh
