Jejakinvestigasi.id || Kota Cirebon - Dapur SPPG Harjamukti yang berada di Jalan Rajawali Timur III Kelurahan Larangan Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon mulai jadi sorotan, masyarakat menyampaikan keluhan ke awak media, Dapur ini dikeluhkan para warga yang berada di sekitar komplek perumnas burung ini, dimana pembuangan limbah bekas sisa makanan dan saat pencucian tempat penyaji makanannya itu tidak melalui proses filterisasi dengan baik, tetapi dibuang ke selokan dan septitank mengalir lewat selokan ke lingkungan sekitar mulai tercium aroma tak sedap dan menyengat.
Awak mediapun langsung mengkonfirmasi ke pihak pengelola dapur SPPG Harjamukti, saat melakukakan investigasi dan konfirmasi, tak lama dari Babinsa setempat pun datang mendampingi.
Pihak pengelola saat dikonfirmasi wartawan membantah kalau dalam pengelolaannya tidak baik, secara keseluruhan baik dalam penyajian, pendistribusian dan sterilisasi dapurnya dilaksanakan dengan baik, bahkan menurut keterangan dari pihak yayasan, dalam seminggu tim kami keliling membersihkan selokan dan mengangkat kotoran dan endapan apa yang jadi penyumbat aliran air di selokan agar mengalir semestinya.
Tetapi kenyataan di lapangan tidak seperti apa yang disampaikan pihak pengelola dapur, ternyata limbah dari Dapur SPPG Harjamukti benar-benar sangat bau menyengat dan mengganggu kesehatan lingkungan sekitarnya, artinya
Dapur ini tidak memperhatikan secara serius dalam penanganan limbah.
Sementara itu Aceng Syamsul Hadie meminta Walikota Cirebon untuk turun memantau langsung ke kelurahan Larangan kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.
"Sebaiknya Walikota Cirebon untuk terjun langsung dan melihat limbah dari Dapur SPPG Harjamukti kota Cirebon, setelah melihat, maka segera tutup dapur tersebut ", ucap Aceng Syamsul Hadie, S.Sos., MM. Ketua Dewan Pembina DPP ASWIN (Asosiasi Wartawan Internasional).
Aceng Syamsul Hadie menegaskan bahwa tugas utama SPPG, selain memperhatikan produksi makanan, standar gizi dan distribusi, ada yang harus diperhatikan yaitu pengawasan, dimana SPPG harus melakukan pengawasan ketat terhadap kualitas gizi, pengelolaan gizi serta pengelolaan limbah disetiap dapur agar tidak menimbulkan aroma bau tak sedap bagi masyarakat disekitarnya.
"Ini benar-benar konyol dan keterlaluan, sangat tercium bau menyengat, terkesan bahwa pihak pengelola dapur terlalu mengutamakan keuntungan daripada pelayanan kepada masyarakat", pungkasnya.[]
Sumber: Aceng S.H
Editor : Tim Redaksi