Notification

×

Iklan

Iklan

Sosok Oknum TNI yang Rudapaksa Siswi SMK di Surabaya, Korban Sempoyongan dan Menangis

Senin, Januari 22, 2024 | Januari 22, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-01-22T15:08:14Z

Jejakinvestigasi.id | Surabaya  - Sosok oknum TNI yang diduga melakukan rudapaksa pada siswi SMK di Kota Surabaya diungkap petugas hotel.

Korban adalah siswi yang baru duduk di kelas satu SMK di Kota Surabaya.

Korban disekap oknum TNI tersebut di Jalan Pasar Kembang, Kupang Krajan, Sawahan, Kota Surabaya, Senin (22/1/2024).

Petugas hotel tempat kejadian, RP (25) mengungkapkan sosok oknum TNI bejat tersebut.

RP menceritakan, ia dan beberapa orang teman karyawan hotel, mendadak dikagetkan dengan munculnya seorang keluar dari salah satu kamar berjalan sempoyongan dan menangis.

Merasa ada yang tak beres. Para karyawan hotel mempersilahkan si wanita untuk menenangkan diri dengan mempersilahkan duduk di depan sofa kantor pelayanan resepsionis hotel.

Sepanjang duduk di tempat tersebut, korban masih terus menerus menangis, dan menginginkan untuk dapat segera pulang ke rumah.

Mengingat si korban tidak membawa kendaraan apa pun. Salah satu karyawan hotel membantu korban dengan memesankan layanan jasa antar ojek online (ojol).

Setelah si korban dibawa oleh pemotor ojol yang telah dipesan oleh pihak karyawan hotel. RP sudah tidak mengetahui bagaimana kelanjutan nasib dari si korban setelah.

Namun, berdasarkan informasi yang didengarnya, si pemotor ojol tak langsung mengantar si korban menuju ke rumah sesuai pesanan. Melainkan diantar ke markas kepolisian setempat.

"Ceritanya kata teman-teman. anak itu turun nangis. Terus dipesankan gojek. Oleh gojek dilaporkan ke polisi. Iya dibawa," ujarnya di depan hotel, Senin (22/1/2024).

Kemudian, sekitar 30 menit setelah momen tersebut. RP menambahkan, sekitar 10 orang personel aparat gabungan berdatangan ke hotel.

Pria berkemeja lengan pendek motif flora batik warna ungu itu, mengingat-ingat ada beberapa anggota Bhabinkamtibmas wilayah permukiman setempat, yang dikenalnya, tampak ikut dalam momen penangkapan tersebut.

Kemudian, tampak pula sejumlah petugas berseragam cokelat bertuliskan Satpol PP. Dan beberapa orang petugas berseragam warna biru dari petugas Dishub, turut dalam momen tersebut.

Menurut RP, anggota kepolisian yang berpakaian sipil berupaya menuju ke kamar hotel yang disewa pelaku.

Kemudian, pelaku sempat dimintai keterangan di kamarnya. Bahkan, pihak anggota kepolisian berupaya memastikan status si pelaku yang sempat diduga sebagai anggota Tentara.

Namun, lanjut RP, si pelaku terus menerus berkelit dan enggan menunjukkan kartu anggotanya.

Oleh karena itu, anggota kepolisian lantas meminta si pelaku untuk menjalani pemeriksaan di Mapolsek Sawahan.

"Enggak. Enggak ada perlawanan. Saat ditanya polisi; anggota apa bukan, dia enggak mau ngaku, awal-awalnya," jelasnya.

RP memastikan bahwa sosok pelaku yang diamankan itu tetap bersikap kooperatif. Selain tidak ada perlawanan kepada para petugas kepolisian. Pelaku juga tidak merusak benda atau inventaris apapun dari fasilitas hotel.

"Enggak merusak apa-apa. Enggak diborgol, karena orangnya enggak melawan apa-apa. Orangnya nurut," kata karyawan yang telah bekerja selama delapan tahun di hotel tersebut.

RP menambahkan, ia dan para teman sesama karyawannya sejak awal tidak menaruh rasa curiga kepada si sosok pelaku yang datang ke hotel untuk menyewa kamar bersama si wanita yang ternyata bakal menjadi korban kekerasan seksual.

Ia mengira, sosok wanita tersebut merupakan teman dari si pelaku. Karena secara postur tampak tinggi dan penampilannya kasual biasa. Yakni mengenakan jaket sweater hoodie warna putih dan bercelana warna merah.

"Ya enggak terlalu kecil sih. Mangkanya, Anak-anak (karyawan) enggak curiga. Iya pakai jaket putih. Tingginya sama seperti saya," terangnya.

"Anaknya kurus. Pakai celana biasa, training, iya (celana warna merah). Iya kayak enggak terpaksa gitu lho. Mangkanya arek-arek (teman karyawan) enggak curiga," ungkapnya.

Kemudian, si pelaku datang bersama si wanita tersebut pertama kali dan langsung melakukan reservasi kamar hotel.

Lalu, beberapa menit kemudian, tampak si wanita berjalan keluar dalam keadaan menangis, lalu ditolong untuk dipesankan layanan jasa antar pemotor ojol.

"Jam 9 pagi, mesen (kamar) langsung masuk, iya bawa perempuan itu. Enggak (pesan beberapa hari sebelumnya). Langsung, iya. Posisi dia datang bayar langsung masuk. Iya (sembari ngajak wanita itu)," pungkasnya.

Korban tak kenal pelaku

Ayah korban LSA (54) mengaku baru mengetahui anaknya menjadi korban kekerasan seksual oleh oknum tentara i, setelah ditelpon oleh anggota Polsek Sawahan untuk segera datang ke markas, sekitar pukul 10.00 WIB.

Ternyata, berdasarkan cerita yang didengar dari mulut sang anak langsung, pria berkaus oblong warna hitam itu mengungkapkan, sang anak tidak mengenal pelaku sama sekali.

Namun, pertemuan keduanya bermula saat sang anak sedang duduk di pinggir jalanan dekat Monumen Kapal Selam (Monkasel) kawasan Jalan Pemuda No 39, Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya.

Saat itu sang anak berencana mengambil uang tabungan beasiswa bulanan senilai Rp200 ribu dari Progam Beasiswa Pemuda Tangguh milik Pemkot Surabaya.

Sang anak, lanjut LSA, meminta izin kepada pihak guru dan pengurus sekolah untuk pulang lebih awal guna mengurus pencairan beasiswa tersebut.

Setelah memperoleh izin, sang anak kemudian keluar sekolah untuk menunggu seorang teman di dekat area Monkasel tersebut.

"Untuk ambil itu, kan setelah dia pulang. Kalau sebelum dia pulang, dia harus minta izin. Akhirnya dia mengurus surat izin uang ke Bank Jatim," ujar LSA saat ditemui awak media di depan Mapolsek Sawahan, Surabaya, Senin (22/1/2024).

Dari pantauan, sekitar pukul 12.20 WIB, oknum tentara pelaku kekerasan seksual tampak digelandang keluar dari pintu utama Mapolsek Sawahan dengan pengawalan sejumlah anggota tentara dari instansi Polisi Militer (POM) tempat si pelaku bertugas.

Pelaku tampak bertelanjang dada, dengan kondisi kepala ditutup kain kaus berwarna biru muda, dan kedua pergelangan tangan dalam keadaan diborgol menggunakan kabel ties berukuran besar warna putih.

Kemudian, pelaku digiring masuk ke dalam sebuah mobil minibus warna putih sebagai mobil operasional petugas POM, yang tampak terparkir di depan teras utama Gedung Mapolsek Sawahan.

Beberapa menit kemudian, mobil minibus tersebut melenggang pergi menyusuri halaman utama, lalu keluar gerbang, dan meninggal area Mapolsek Sawahan.

Namun, tak lama kemudian, pantauan sekitar pukul 13.00 WIB, giliran pihak korban akhirnya tampak keluar dari pintu utama Mapolsek Sawahan untuk dibawa masuk sebuah mobil lain, dengan pengawalan sejumlah anggota Unit PPA Satreskrim Polrestabes Surabaya, berpakaian sipil.

Korban tampak mengenakan jaket sweater hoodie warna putih bercelana olahraga sekolah perpaduan warna merah dan hitam, sambil membawa tas ransel yang tergantung di bahu kanannya.

Sepanjang berjalan keluar dari Gedung Mapolsek Sawahan menuju ke dalam mobil, korban tampak didekap dari samping kiri oleh Ayahandanya, LSA yang memakai kaus oblong warna hitam itu.

Beberapa menit kemudian, mobil yang membawa korban melenggang pergi menyusuri halaman utama, lalu keluar gerbang, dan meninggal area Mapolsek Sawahan.

Belum ada keterangan resmi yang pihak kepolisian terkait kasus tersebut. Sejumlah anggota Mapolsek Sawahan, enggan memberikan pernyataan dalam bentuk apa pun karena penanganan kasus tersebut bukan kewenangan mereka.**





Sumber.
(Red/Tribunjabar)
×
Berita Terbaru Update